Kamis, 27 Agustus 2015

Sejarah Singkat Terbentukya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)




Apa itu PWI???. Pertanyaan tersebut mungkin akan muncul di benak sebagian masyarakat  masih asing dengan istilah tersebut. Pertanyaan tersebut, muncul hanya karena masyarakat belum mengerti apa sebenarnya itu PWI serta Tujuan awal di dirikanya. Maka dari itu, saya akan menjelaskan sedikit tentang ”Sejarah Singkat Terbentuknya PWI”.

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), adalah organisasi profesi wartawan pertama yang berdiri di Indonesia. Berdirinya organisasi PWI menjadi awal perjuangan Indonesia dalam menentang kolonialisme di Indonesia melalui media dan tulisan. Kelahiran PWI di tengah kancah perjuangan mempertahankan Republik Indonesia dari ancaman kembalinya penjajahan, melambangkan kebersamaan dan kesatuan wartawan Indonesia dalam tekad dan semangat patriotiknya untuk membela kedaulatan, kehormatan serta integritas bangsa dan negara. Bahkan dengan kelahiran PWI, wartawan Indonesia menjadi semakin teguh dalam menampilkan dirinya sebagai ujung tombak perjuangan nasional menentang kembalinya kolonialisme dan dalam menggagalkan negara-negara boneka yang hendak meruntuhkan Republik Indonesia.

PWI berdiri pada tanggal 9 Februari 1946 di Surakarta  (sekarang hari Pers Nasional). Sebelum didirikan, PWI membentuk sebuah panitia persiapan pada awal awal tahun 1946, Panitia persiapan tersebut dibentuk pada tanggal 9-10 Februari 1946 di balai pertemuan Sono Suko, Surakarta, saat diadakannya pertemuan antar wartawan Indonesia. Pertemuan itu dihadiri oleh beragam wartawan, diantaranya adalah tokoh-tokoh pers yang sedang memimpin surat kabar, majalah, wartawan dan pejuang. Pertemuan tersebut menghasilkan dua keputusan, diantaranya adalah :
a. Disetujui membentuk organisasi wartawan Indonesia dengan nama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), diketuai Mr. Sumanang Surjowinoto dengan sekretaris Sudarjo Tjokrosisworo.
   b. Disetujui membentuk sebuah komisi beranggotakan
                1. Sjamsuddin Sutan Makmur (harian Rakjat, Jakarta),
                2. B.M. Diah (Merdeka, Jakarta),
                3. Abdul Rachmat Nasution (kantor berita Antara, Jakarta),
                4. Ronggodanukusumo (Suara Rakjat, Modjokerto),
                5. Mohammad Kurdie (Suara Merdeka, Tasikmalaya),
                6. Bambang Suprapto (Penghela Rakjat, Magelang),
                7. Sudjono (Berdjuang, Malang), dan
                8. Suprijo Djojosupadmo (Kedaulatan Rakjat,Yogyakarta).

Ke-8 orang tersebut dibantu oleh Mr. Sumanang  dan Sudarjo Tjokrosisworo juga dinamakan ”Panitia Usaha”. Tugas mereka adalah merumuskan hal-ihwal persuratkabaran nasional waktu itu dan usaha mengkoordinasinya ke dalam satu barisan pers nasional di mana ratusan jumlah penerbitan harian dan majalah semuanya terbit dengan hanya satu tujuan, yaitu “Menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Belanda, mengobarkan nyala revolusi, dengan mengobori semangat perlawanan seluruh rakyat terhadap bahaya penjajahan, menempa persatuan nasional, untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan kedaulatan rakyat.”

Kurang tiga minggu kemudian komisi bertemu lagi di kota itu bertepatan para anggota bertugas menghadiri sidang Komite Nasional Indonesia Pusat yang berlangsung dari 28 Februari hingga Maret 1946. Komisi bersidang dan membahas masalah pers yang dihadapi, kemudian pada prinsipnya sepakat perlunya segera membentuk sebuah wadah untuk mengkoordinasikan persatuan pengusaha surat kabar, waktu itu disebut Serikat Perusahaan Suratkabar.

Begitulah sejarah singkat terbentuknya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), yang tercipta karena semangat dan cita-cita para Jurnalis Indonesia, demi mempertahankan Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Penulis berharap, dengan membaca sejarah singkat ini, masyrakat akan lebih mengerti tentang Persatuan Wartawan Indonesi (PWI).

Sekedar tambahan, saat ini PWI dipimpin oleh Margiono selaku ketua umum yang menjabat sejak 2013 hingga 2018. PWI ada di seluruh Provinsi  di Indonesia,  beranggotakan seluruh insan pers yang ada di Tanah Air. Tapi gak semua lho, karena banyak juga wartawan yang membentuk perkumpulan sendiri,  biasanya di sebut Forum Wartawan, dan ada juga lho wartawan abal-abal.