Apa
itu PWI???. Pertanyaan tersebut mungkin akan muncul di
benak sebagian masyarakat masih asing
dengan istilah tersebut. Pertanyaan tersebut, muncul hanya karena masyarakat
belum mengerti apa sebenarnya itu PWI serta Tujuan awal di dirikanya. Maka dari
itu, saya akan menjelaskan sedikit tentang ”Sejarah
Singkat Terbentuknya PWI”.
Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI), adalah organisasi profesi wartawan pertama yang
berdiri di Indonesia. Berdirinya organisasi PWI menjadi awal perjuangan Indonesia
dalam menentang kolonialisme di Indonesia melalui media dan tulisan. Kelahiran
PWI di tengah kancah perjuangan mempertahankan Republik Indonesia dari ancaman
kembalinya penjajahan, melambangkan kebersamaan dan kesatuan wartawan Indonesia
dalam tekad dan semangat patriotiknya untuk membela kedaulatan, kehormatan serta
integritas bangsa dan negara. Bahkan dengan kelahiran PWI, wartawan Indonesia
menjadi semakin teguh dalam menampilkan dirinya sebagai ujung tombak perjuangan
nasional menentang kembalinya kolonialisme dan dalam menggagalkan negara-negara boneka yang hendak meruntuhkan Republik Indonesia.
PWI berdiri pada tanggal 9 Februari 1946 di Surakarta
(sekarang hari Pers Nasional). Sebelum
didirikan, PWI membentuk sebuah panitia persiapan pada awal awal tahun 1946, Panitia
persiapan tersebut dibentuk pada tanggal 9-10 Februari 1946 di balai pertemuan
Sono Suko, Surakarta, saat diadakannya pertemuan antar wartawan Indonesia. Pertemuan
itu dihadiri oleh beragam wartawan, diantaranya adalah tokoh-tokoh pers yang
sedang memimpin surat kabar, majalah, wartawan dan pejuang. Pertemuan tersebut
menghasilkan dua keputusan, diantaranya adalah :
a. Disetujui membentuk
organisasi wartawan Indonesia dengan nama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), diketuai
Mr. Sumanang Surjowinoto dengan sekretaris Sudarjo Tjokrosisworo.
b. Disetujui membentuk sebuah komisi beranggotakan
1. Sjamsuddin Sutan Makmur (harian Rakjat, Jakarta),
2. B.M. Diah (Merdeka, Jakarta),
3. Abdul Rachmat Nasution (kantor berita Antara, Jakarta),
4. Ronggodanukusumo (Suara Rakjat, Modjokerto),
5. Mohammad Kurdie (Suara Merdeka, Tasikmalaya),
6. Bambang Suprapto (Penghela Rakjat, Magelang),
7. Sudjono (Berdjuang, Malang), dan
8. Suprijo Djojosupadmo (Kedaulatan Rakjat,Yogyakarta).
b. Disetujui membentuk sebuah komisi beranggotakan
1. Sjamsuddin Sutan Makmur (harian Rakjat, Jakarta),
2. B.M. Diah (Merdeka, Jakarta),
3. Abdul Rachmat Nasution (kantor berita Antara, Jakarta),
4. Ronggodanukusumo (Suara Rakjat, Modjokerto),
5. Mohammad Kurdie (Suara Merdeka, Tasikmalaya),
6. Bambang Suprapto (Penghela Rakjat, Magelang),
7. Sudjono (Berdjuang, Malang), dan
8. Suprijo Djojosupadmo (Kedaulatan Rakjat,Yogyakarta).
Ke-8 orang tersebut dibantu oleh Mr. Sumanang
dan Sudarjo Tjokrosisworo juga dinamakan ”Panitia Usaha”. Tugas mereka adalah
merumuskan hal-ihwal persuratkabaran nasional waktu itu dan usaha
mengkoordinasinya ke dalam satu barisan pers nasional di mana ratusan jumlah
penerbitan harian dan majalah semuanya terbit dengan hanya satu tujuan, yaitu
“Menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Belanda, mengobarkan nyala revolusi, dengan
mengobori semangat perlawanan seluruh rakyat terhadap bahaya penjajahan,
menempa persatuan nasional, untuk keabadian kemerdekaan bangsa dan penegakan
kedaulatan rakyat.”
Kurang tiga minggu kemudian komisi bertemu lagi di
kota itu bertepatan para anggota bertugas menghadiri sidang Komite Nasional
Indonesia Pusat yang berlangsung dari 28 Februari hingga Maret 1946. Komisi
bersidang dan membahas masalah pers yang dihadapi, kemudian pada prinsipnya
sepakat perlunya segera membentuk sebuah wadah untuk mengkoordinasikan
persatuan pengusaha surat kabar, waktu itu disebut Serikat Perusahaan
Suratkabar.
Begitulah sejarah
singkat terbentuknya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), yang tercipta karena
semangat dan cita-cita para Jurnalis Indonesia, demi mempertahankan Kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Penulis berharap, dengan membaca
sejarah singkat ini, masyrakat akan lebih mengerti tentang Persatuan Wartawan
Indonesi (PWI).
Sekedar tambahan, saat
ini PWI dipimpin oleh Margiono selaku ketua umum yang menjabat sejak 2013
hingga 2018. PWI ada di seluruh Provinsi di Indonesia, beranggotakan seluruh insan pers yang ada di
Tanah Air. Tapi gak semua lho, karena banyak juga wartawan yang membentuk
perkumpulan sendiri, biasanya di sebut
Forum Wartawan, dan ada juga lho wartawan abal-abal.